a.Sifat gelombang
ada 1924, fisikawan asal
Prancis, Louis De Broglie (1892-1987) muncul dengan ide revolusioner itu. “Mari
kita anggap elektron adalah sebuah gelombang,” katanya sambil mulai menjelaskan
teorinya. “Elektron yang bersifat partikel tapi coba dianggap gelombang?”
sepertinya kita sudah mendengar pernyataan itu bukan? Ya, pada bagian permulaan
ini saya menulis, “Cahaya yang hingga saat itu dianggap sebagai gelombang, coba
dianggap sebagai partikel.” Pas sekali kebalikannya bukan? Substansinya juga
berkaitan, antara elektron dan kuantum cahaya (foton).
Einstein sebelumnya muncul dengan ide “mungkin cahaya
menunjukkan sifatnya yang lain, yaitu sifat partikel cahaya.” De Broglie yang
memperhatikan hipotesis Einstein ini pun berpikir, “Mungkin juga elektron
menunjukkan sifatnya yang lain, yaitu sifat gelombang dari elektron.”
Clinton
Joseph Davisson (1881-1958) dan Lester Herbert Germer (1896-1971) membuktikan
teori itu dengan percobaan lempengan nikel.
De Broglie kemudian juga mencocokkan elektron pada
persamaan momentum dan panjang gelombang foton buatan Einstein. Hasilnya h=pλ.
λ (panjang gelombang) ini ternyata tidak berlaku pada elektron dan gelombang
saja, tapi pada seluruh benda di alam semesta. De Broglie tidak sembarangan
dalam menyusun teorinya ini, dia mendasarkannya pada Teori Relativitas Khusus
Einstein.
Dengan teorinya ini, De Broglie berhasil memecahkan
semua kebimbangan dalam fisika modern, kebingungan antara sifat gelombang dan
sifat partikel benda. Dengan teori De Broglie ini, dia berhasil menjelaskan
dualisme sifat cahaya. Cahaya memiliki sifat partikel, tapi cahaya juga
memiliki sifat gelombang. Lebih jauh lagi, elektron juga demikian. Elektron
punya sifat partikel, dan mungkin elektron juga punya sifat gelombang.
Tapi waktu itu teori De Broglie dianggap lalu begitu
saja, karena tidak ada percobaan yang bisa membuktikannya. Barulah tiga tahun
setelahnya, tahun 1927, teori De Broglie terbukti kebenarannya lewat percobaan.
Dua orang fisikawan Amerika, Clinton Joseph Davisson (1881-1958) dan Lester
Herbert Germer (1896-1971) membuktikan teori itu dengan percobaan lempengan
nikel.
Davisson
Germer Experiment
Dengan adanya teori gelombang dari elektron, maka
kedudukan elektron sekeliling inti tak tertentu. Hal ini tercakup dalam Prinsip
Ketaktentuan Heisenberg. Dalam tahun 1927 Heisenberg menunjukkan, bahwa
nilai sepanjang pengamatan khas tak dapat ditentukan secara simultan dengan
ketelitian tinggi. Contohnya adalah pasangan momentum dan kedudukan, dan
pasangan energi dan waktu. Batas dalam ketelitian pengukuran fisik tertentu
dinyatakan oleh hubungan:
∆q . ∆p > ħ/2 (2-4)
∆E . ∆t > ħ/2
(2-5)
ħ = h/2π; ∆q, ∆p, ∆E, ∆t ketaktentuan adalah
berturut-turut dari kedudukan, momentum, energi dan waktu. Karena nilai ħ
kecil, maka ketaktentuan ini tak dapat diamati untuk benda besar, tetapi sangat
berarti bagi elektron, atom, dan molekul. Jadi ketaktentuan dari kedudukan
elektron akan membawa serta ketaktentuan dalam momentum, sesuai dengan
persamaan (2-4). Kedudukan dan momentum dari elektron memberikan informasi
mengenai kebolehjadian menemukan elektron di sekeliling inti.
Keterbatasan dalam pengukuran tingkat energi elektron
dalam atom dapat ditunjukkan sebagai berikut. Andaikan atom tereksitasi
mengemisi radiasi elektromagnetik dan berpindah ke tingkat yang lebih stabil,
maka atom-atom ini berumur panjang dan garis spektrumnya tajam. Bila atom
tereksitasi berumur pendek, maka radiasi elektromagnetik mencakup daerah yang
lebar dan garis kurang tajam. Nilai ketaktentuan ∆t lebih kecil dan ∆E besar
karena perhubungan dengan ∆v lewat persamaan ∆E = h/∆v.
Konsep kebolehjadian dapat diterapkan pada pola difraksi
elektron. cincin-cincin difraksi adalah daerah dengan kebolehjadian yang
tinggi. Rapat elektron berbanding lurus dengan kuadrat faktor amplitudo yang
didapat dari persamaan gelombang. Sifat khas gerak gelombang adalah
kemampuannya untuk meneruskan energi dari satu titik ke titik lain tanpa
perpindahan permanen dari mediumnya. Gelombang ini disebut gelombang
progresif (Gb. 2.1).
Suatu persamaan gelombang dinyatakan sebagai berikut:
∂2/∂x2 = 1/c2 ∂2ϕ/∂r2
(2-6)
dimana ϕ = a sin 2π (x/λ – vt), v adalah frekuensi, a
adalah nilai maksimum dari amplitudo, c adalah kecepatan perambatan. Persamaan
(2-6) adalah linier, maka dengan Prinsip Superposisi dua persamaan
dengan ϕ1 dan ϕ2 dapat dikombinasi linier. Untuk
gelombang ϕ1 dan ϕ2:
∂2ϕ1/∂x2 = 1/c2
∂2ϕ2/∂t2 dan ∂2ϕ2/∂x2
= 1/c2 ∂2ϕ2/∂t2
Kombinasi linier menghasilkan:
∂2(a1ϕ1 + a2ϕ2)/
∂x2 = a1 ∂2ϕ1/∂x2 + a2
∂2ϕ2/∂x2
= 1/c2 {a1 ∂2ϕ1/∂t2
+ a2 ∂2ϕ2/∂t2} = 1/c2 ∂2(a1ϕ1
+ a2ϕ2)/ ∂x2
(2-7).
Prinsip superposisi ini sekarang digunakan untuk
vibrasi tali gitar antara dua titik tertentu atau dua titik mati. Untuk
gelombang progresif dari kiri ke kanan persamaan gelombangnya:
ϕ1 = a sin 2π (x/λ – vt) (2-8)
setelah mencapai ujung, gelombang direfleksi dan
berjalan kembali dari kanan ke kiri dengan persamaan gelombang:
ϕ2 = a sin 2π (x/λ – vt) (2-9)
Gerak gelombang total dinyatakan dengan persamaan:
ϕ = ϕ1 + ϕ2 = a sin 2π (x/λ –
vt) + a sin 2π (x/λ + vt) (2-10).
Untuk gelombang tegak atau gelombang
stasioner, bila ϕ = 0, maka sin 2π x/λ = 0, yaitu bila:
2πx/λ = nπ dan x =
nλ/2
(2-11).
n ialah bilangan bulat (Gb. 2.1).
Gelombang stasioner dapat menggambarkan gerak
gelombang dari elektron sekeliling inti dalam atom. Agar terjadi interferensi
konstruktif dari gelombang de Broglie dengan elektron dalam lintasan Bohr, maka
harus dipenuhi hubungan:
2πr =
nλ
(2-12).
Substitusi persamaan (2-3) ke dalam persamaan (2-12)
menghasilkan:
Mvr = n h/2π; n = 1, 2, 3, …
(2-13). n ialah bilangan kuantum utama. Hasilnya sama dengan yang diturunkan
oleh Bohr.
(Sumber: Noer Mansdsjoeriah Surdia. (1993) Ikatan dan
Struktur Molekul. Dikbud. Hal: 25-28) dalam https://isepmalik.wordpress.com/2012/04/28/prinsip-ketaktentuan-dan-sifat-gelombang-elektron/
b.Orbital ikatan dan anti ikatan
Orbital
anti-ikatan selalu ditunjukan dengan tanda bintang pada simbolnya. Perhatikan,
ketika orbital ikatan terbentuk, energinya menjadi lebih rendah daripada energi
orbital atom asalnya (sebelum berikatan). Energi dilepaskan ketika orbital
ikatan terbentuk, dan molekul hidrogen lebih stabil secara energetika daripada
atom-atom asalnya. Sedangkan, suatu orbital anti-ikatan adalah kurang stabil
secara energetika dibanding atom asalnya. Stabilnya orbital ikatan adalah
karena adanya daya tarik-menarik antara inti dan elektron. Dalam orbital
anti-ikatan daya tarik-menarik yang ada tidak ekuivalen – sebaliknya, anda akan
mendapatkan tolakan. Sehingga peluang menemukan elektron diantara dua inti sangat
kecil – bahkan ada bagian yang tidak mungkin ditemukan elektron diantara dua
inti tersebut. Sehingga tak ada yang menghalangi dua inti untuk saling menolak
satu sama lain.
c.Orbital hibrida karbon
Sesuai Dengan nomor golongannya (IVA),Atom karbon mempunyai 4 elektron valensi.Oleh Karena itu, untuk mencapai konfigurasi oktet maka atom karbon mempunyai kemampuan membentuk 4 ikatan kovalen yang relatif kuat. Senyawa
karbon membentuk ikatan dengan atom lain dengan melakukan 3 jenis hibridisasi :
sp3, sp2, dan sp.
Bentuk molekul etana dapat dijelaskan dengan
orbital hibrida sp3 pada kedua atom karbon. Ikatan C–C dibentuk
melalui tumpang tindih antara orbital sp3 dan orbital sp3
dari masing-masing atom karbon. Enam ikatan C–H dibentuk melalui tumpang tindih
orbital sp3 sisa dan orbital 1s dari atom H.
Ikatan yang terbentuk antara karbon-karbon maupun
karbon-hidrogen adalah ikatan sigma yang terlokalisasi. Sehingga, akibat dari
ikatan sigma yang terlokalisasi tersebut akan membentuk struktur tetrahedral
murni.
Salah satu molekul paling sederhana yang
mengandung ikatan rangkap dua karbon-karbon adalah etena (C2H4).
Atom-atom pada etena terletak pada satu bidang datar dan masing-masing atom
karbon berikatan dengan dua atom lain membentuk struktur trigonal planar.
Oleh karena masing-masing atom karbon membentuk
trigonal planar, hal ini menandakan terbentuknya orbital hibrida sp2
pada setiap atom karbon. Oleh karena itu, ikatan dalam etena dapat dijelaskan
dengan orbital hibrida sp2. Setiap atom karbon masing-masing mengikat
dua atom hidrogen melalui tumpang tindih orbital hibrida sp2 dan
orbital 1s. Ikatan yang dibentuk semuanya berikatan sigma.
Ikatan antara karbon-karbon ada dua macam.
Pertama orbital sp2 dari masing-masing atom karbon bertumpang tindih
membentuk ikatan sigma C–C. Pada
masing-masing atom karbon masih tersisa satu orbital hibrida sp2
yang belum digunakan berikatan dengan orientasi tegak lurus terhadap bidang
H–C–H. Kedua orbital hibrida sp2 ini, kemudian bertumpang tindih
lagi membentuk ikatan kedua. Ikatan ini dinamakan ikatan pi (π ). Jadi, ikatan
rangkap dalam etilen dibangun oleh ikatan sigma dan ikatan pi. Sumber : http://materi-kimia-sma.blogspot.co.id/2013/06/hibridisasi-dalam-senyawa-karbon.html
dan http://www.pendekarilusi.com/wp-content/uploads/2014/09/Kimia-Organik-1-B.pdf
pada bagian orbital anti ikatan mengapa daya tarik menarik yang ada tidak ekiuvalen? terimakasih
BalasHapusmengapa ikatan sigma yang terlokalisasi dapat membentuk struktur tetrahedral murni? jelaskan!
BalasHapusmiranda oxtariani, Orbital anti-ikatan selalu ditunjukan dengan tanda bintang pada simbolnya.
BalasHapusPerhatikan, ketika orbital ikatan terbentuk, energinya menjadi lebih rendah daripada energi orbital atom asalnya (sebelum berikatan). Energi dilepaskan ketika orbital ikatan terbentuk, dan molekul hidrogen lebih stabil secara energetika daripada atom-atom asalnya.
Sedangkan, suatu orbital anti-ikatan adalah kurang stabil secara energetika dibanding atom asalnya.
Stabilnya orbital ikatan adalah karena adanya daya tarik-menarik antara inti dan elektron. Dalam orbital anti-ikatan daya tarik-menarik yang ada tidak ekuivalen – sebaliknya, anda akan mendapatkan tolakan. Sehingga peluang menemukan elektron diantara dua inti sangat kecil – bahkan ada bagian yang tidak mungkin ditemukan elektron diantara dua inti tersebut. Sehingga tak ada yang menghalangi dua inti untuk saling menolak satu sama lain.
nita sari , karena Bentuk molekul etana dapat dijelaskan dengan orbital hibrida sp3 pada kedua atom karbon. Ikatan C–C dibentuk melalui tumpang tindih antara orbital sp3 dan orbital sp3 dari masing-masing atom karbon. Enam ikatan C–H dibentuk melalui tumpang tindih orbital sp3 sisa dan orbital 1s dari atom H.
BalasHapusIkatan yang terbentuk antara karbon-karbon maupun karbon-hidrogen adalah ikatan sigma yang terlokalisasi
assalamualaikum,,
BalasHapussaya hanya ingin menambahkan dari sumber bacaan yang saya baca yaitu aturan-aturan yang digunakan dalam menggambarkan diagram orbital molekul
1. Tentukan jumlah elektron dalam molekul. Jumlah elektron per atom diperoleh dari nomor atom pada tabel periodik (Jumlah total elektron buakn hanya elektron valensi)
2. Isi orbital molekul dari bawah hingga ke atas sampai semua elektron terisi
3. Orbital harus terisi dengan spin yang sejajar sebelum elektron nya mulai berpasangan (Kaidah Hund)
Kemudain stabil tidak nya suatu molekul ditentukan melalui orde ikatan (Bond Order)
Bond Order = 1/2 (#e- in bonding MO’s – #e- in antibonding MO’s)
Bond order digunakan untuk meramalkan kestabilan molekul
1. Jika bond order suatu molekul sama dengan nol (0) maka molekul tersebut tidak stabil
2. Jika bond order lebih dari nol (0) maka molekul tersebut stabil
3. Semakin besar nilai dari bond order, semakin stabi ikatan dalam molekul