Dalam satu molekul terdapat dua jenis orbital yakni
Orbital Ikatan (bonding orbital) dan Orbital Anti-ikatan (antibonding orbital).
Orbital ikatan di bagi menjadi beberapa jenis yakni orbital ikatan sigma
(σ, = ikatan tunggal) dan orbital phi (π, = ikatan rangkap), sedangkan orbital
nonikatan berupa elektron bebas yang biasanya dilambangkan dengan n. Orbital nonikatan umumnya terdapat pada
molekul-molekul yang mengandung atom nitrogen, oksigen, sulfur dan halogen.
Orbital ikatan sigam (σ) dan orbital phi (π) terbentuk
karena terjadinya tumpang tindih dua orbital atom atau orbital-orbital hibrida.
Dari dua orbital atom dapat dibentuk dua orbital molekul yakni orbital ikatan
dan orbital anti ikatan.
Dengan demikian jika suatu molekul mempunyai orbital
ikatan maka molekul tersebut mempunyai orbital anti ikatan. Orbital anti-ikatan
biasanya diberi notasi atau tanda asterisk atau bintang (*) pada setiap orbital
yang sesuai. Orbital ikatan α orbital anti-ikatannya adalah α*, sedangkan
orbital ikatan π orbital anti-ikatannya adalah π*.
Transisi elektronik atau perpindahan elektron dapat
terjadi dari orbital ikatan ke orbital anti-ikatan atau dari orbital non-ikatan
(nonbonding orbital) ke orbital anti-ikatan. Terjadinya transisi elektronik
atau promosi elektron dari orbital ikatan ke orbital antiikatan tidak
menyebabkan terjadinya disosiasi atau pemutusan ikatan, karena transisi
elektronik terjadi dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dari pada vibrasi inti.
Pada transisi elektronik inti-inti atom dapat dianggap
berada pada posisi yang tepat. Hal ini dikenal dengan prinsip Franck-Condon.
Disamping itu dalam proses transisi ini tidak semua elektron ikatan
terpromosikan ke orbital antiikatan.
Berdasarkan jenis orbital tersebut maka, jenis-jenis
transisi elektronik dibedakan menjadi empat macam, yakni:
1) Transisi σ → σ*
2) Transisi π → π*
3) Transisi n → π*
4) Transisi n → σ*
Keterangan
· σ : senyawa-senyawa yang memiliki ikatan tunggal
· π : senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap
· n menyatakan orbital non-ikatan: untuk
senyawa-senyawa yang memiliki elektron bebas.
· σ* dan π* merupakan orbital yang kosong (tanpa
elektron), orbital ini akan terisi elektron ketika telah atau bila terjadi
eksitasi elektron atau perpindahan elektron atau promosi elektron dari orbital
ikatan.
a.Orbital
hibridadari Nitrogen dan oksigen
1. Atom Nitrogen
Ikatan kovalen tidak hanya terbentuk dalam senyawa karbon, tetapi
juga dapat dibentuk
oleh atom-atrom lain. Semua ikatan
kovalen yang dibentuk oleh unsur-unsur dalam tabel periodik dapat dijelaskan dengan orbital hibrida. Secara prinsip,
pembentukan hibrida sama dengan pada atom karbon.
|
|
Amonia, NH3, salah satu
contoh molekul yang mengandung ikatan kovalen yang melibatkan atom nitrogen. Atom
nitrogen
|
memiliki konfigurasi
ground-state: 1s2 2s2 2px 2py 2pz
, dan
memungkinkan atom nitrogen
berikatan dengan tiga atom hidrogen.
kovalen yang dibentuk oleh unsur-unsur dalam tabel periodik dapat dijelaskan dengan orbital hibrida. Secara prinsip,
pembentukan hibrida sama dengan pada atom karbon.
|
|
Amonia, NH3, salah satu
contoh molekul yang mengandung ikatan kovalen yang melibatkan atom nitrogen. Atom
nitrogen
|
memiliki konfigurasi
ground-state: 1s2 2s2 2px
2py
2pz , dan
memungkinkan atom nitrogen
berikatan dengan tiga atom hidrogen.
Ketika terdapat tiga elektron tak berpasangan mengisi orbital 2p, ini memungkinkan orbital 1s dari hidrogen untuk overlap dengan orbital 2p tersebut membentuk ikatan sigma. Sudut ikatan yang terbentuk adalah 107.30, mendekati sudut tetrahedral (109.50). Nitrogen memiliki lima elektron pada kulit terluarnya. Pada hibridisasi sp3, satu
orbital sp3 diisi oleh dua elektron dan tiga
orbital sp3 diisi masing- masing satu elektron.
Ikatan sigma terbentuk dari overlap orbital
hibrida sp3 yang tidak berpasangan
tersebut dengan orbital 1s dari hidrogen menghasilkan molekul ammonia. Dengan demikian, ammonia memiliki bentuk geometri
tetrahedral yang mirip dengan metana. Ikatan N-H memiliki panjang 1.01 A dan kekuatan
ikatan 103 kkal/mol.
Nitrogen
memiliki tiga elektron tak berpasangan pada orbital hibrid sp3, ketika satu elektron dalam orbital hibrida
tersebut tereksitasi ke orbital p maka terbentuk hibrida baru, yaitu
sp2. Elektron pada orbital
p digunakan untuk membentuk
ikatan pi. Jadi,
atom nitrogen yang terhibridisasi
sp2 memiliki satu ikatan pi yang
digunakan untuk membentuk ikatan
rangkap dua, mirip dengan molekul etena. Apabila elektron yang tereksitasi ke orbital
p ada dua maka nitrogen memiliki kemampuan membentuk dua ikatan
pi atau satu ikatan rangkap tiga
(hibridisasi sp).
2. atom oksigen
elektron
pada atom ground-state oksigen memiliki konfigurasi elektron 1s2,2s2,2px,2py, dan oksigen
merupakan atom divalen.
Dengan melihat konfigurasi elektronnya, dapat
diprediksi bahwa oksigen mampu membentuk dua ikatan sigma karena pada kulit terluarnya
terdapat dua elektron tak berpasangan (2py dan 2pz).
Air adalah contoh senyawa yang mengandung oksigen sp3. sudut ikatan yang terbentuk sebesar 104.50. diperkirakan bahwa orbital dengan pasangan
elektron bebas menekan sudut ikatan H-O-H, sehingga sudut yang terbentuk lebih kecil
dari sudut ideal (109.50), seperti halnya pasangan
elektron bebas dalam ammonia menekan sudut ikatan H-N-H.
Oksigen juga dapat terhibridisasi sp2, yaitu
dengan mempromosikan satu elektronnya ke orbital p.
Dalam kondisi ini, oksigen hanya memiliki satu ikatan sigma, tetapi juga memilki satu ikatan pi. Contoh molekul yang memiliki atom oksigen terhibridisasi sp2 adalah pada senyawa-senyawa karbonil.
|
b.Ikatan
rangkap terkonjugasi
Ikatan rangkap
konjugasi adala ikatan rangkap selang seling dengan ikatan tunggal atau disebut
juga elektronnya dapat berpindah-pindah (terdelokalisasi)
Sistem
konjugasi terjadi dalam senyawa
organik yang atom-atomnya secara kovalen berikatan tunggal dan ganda secara
bergantian (C=C-C=C-C) dan memengaruhi satu sama lainnya membentuk daerah delokalisasi elektron.
Elektron-elektron pada daerah delokalisasi ini bukanlah milik salah satu atom,
melainkan milik keseluruhan sistem konjugasi ini. Contohnya, fenol (C6H5OH
memiliki sistem 6 elektron di atas dan di bawah cincin planarnya sekaligus di
sekitar gugus hidroksil.
Sistem
konjugasi secara umumnya akan menyebabkan delokalisasi elektron
di sepanjang orbital p yang paralel satu dengan sama lainnya. Hal ini akan
meningkatkan stabilitas dan menurunkan energi molekul secara keseluruhan
Pengaturan kembali electron melalui orbital π,
terutama dalam system konjugasi atau senyawa organic yang atom-atomnya secara
kovalen berikatan tunggal dan ganda secara bergantian (C=C-C=C-C) dan
mempengaruhi satu sama lainnya membentuk daerah delokalisasi electron disebut
dengan konjugasi. Elektron-elektron pada daerah delokalisasi ini bukanlah milik
salah satu atom, melainkan milik keseluruhan system konjugasi ini.
Contoh:
Fenol (C6H5OH) memiliki sistem 6
elektron di atas dan di bawah cincin planarnya sekaligus di sekitas gugus
hidroksil. Sistem konjugasi secara umumnya akan menyebabkan delokalisasi
electron disepanjang orbital p yang parallel satu dengan lainnya. Hal ini akan
meningkatkan stabilitas dan menurunkan energi molekul secara keseluruhan.
Konjugasi dapat terjadi dengan keberadaan gugus pendonor orbital p yang
berbeda. Selain ikatan tunggal dan ganda yang bergantian, sisten konjugasi
dapat juga terbentuk oleh keberadaan atom yang memiliki orbital p secara
parallel. Contoh, furan.
c. Benzena dan resonansi
Benzena merupakan suatu senyawa hidrokarbon dengan rumus molekul C6H6,
dan rumus strukturnya merupakan rantai lingkar (siklis) dengan ikatan
rangkap selang seling. Kedudukan ikatan rangkap pada senyawa karbon ini
dapat berpindah – pindah posisi. Peristiwa ini disebut resonansi ikatan
rangkap. Oleh karena posisi ikatan rangkap yang tidak pasti ini,
akhirnya senyawa ini digambarkan sebagai cinci lingkar. Ikatan rangkap
yang terdapat pada benzen disebut dengan ikatan rangkap terkonjugasi.
Struktur demikian diperkenalkan pertama kali oleh Kekule.
Adanya ikatan rangkap dua pada senyawa sikloheksena ini menunjukkan bahwa benzena termasuk hidrokarbon tidak jenuh, namun pada umumnya benzena tidak berperilaku seperti senyawa tak jenuh.
Adanya ikatan rangkap dua pada senyawa sikloheksena ini menunjukkan bahwa benzena termasuk hidrokarbon tidak jenuh, namun pada umumnya benzena tidak berperilaku seperti senyawa tak jenuh.
Turunan dari senyawa benzena terjadi karena salah satu atom hidrogen
dalam ring benzena diganti atau disubstitusi oleh atom atau gugus lain.
Senyawa-senyawa tersebut meliputi touluen adalah benzena yang mengandung
gugus metil, apabila mengandung gugus halogen dinamakan halobenzena.
Sedangkan yang mengandung gugus hidroksi dan gugus nitro secara
berurutan dinamakan fenol dan nitrobenzena.
berdasarkan
hasil analisis sinar-X maka diusulkan bahwa ikatan rangkap pada molekul benzena
tidak terlokalisasi pada karbon tertentu melainkan dapat berpindah-pindah
(terdelokalisasi). Gejala ini dinamakan resonansi. Hal yang harus diperhatikan adalah,
bahwa lambang resonasi bukan struktur nyata dari suatu senyawa, tetapi
merupakan struktur khayalan. Sedangkan struktur nyatanya merupakan gabungan
dari semua struktur resonansinya. Hal ini pun berlaku dalam struktur resonansi
benzena. Teori resonansi dapat menerangkan mengapa benzena sukar
diadisi. Sebab, ikatan rangkap dua karbon-karbon dalam benzena terdelokalisasi
dan membentuk semacam cincin yang kokoh terhadap serangan kimia, sehingga tidak
mudah diganggu. Oleh karena itulah reaksi yang umum pada benzena adalah reaksi
substitusi terhadap atom H tanpa mengganggu cincin karbonnya
Resonansi terjadi karena adanya delokalisasi elektron dari ikatan rangkap ke ikatan tunggal. Delokalisasi elektron yang terjadi pada benzena pada struktur resonansi adalah sebagai berikut:
Resonansi terjadi karena adanya delokalisasi elektron dari ikatan rangkap ke ikatan tunggal. Delokalisasi elektron yang terjadi pada benzena pada struktur resonansi adalah sebagai berikut:
Reaksi Pada Benzena
Reaksi
benzena umumnya melalui reaksi substitusi, walaupun ada sebagian reaksi yang
melalui reaksi adisi. Macam-macam substitusi benzena di antaranya halogenasi
benzena, nitrasi benzena, dan reaksi riedel-crafts.
- Halogenasi
Dengan
adanya katalis besi (III) klorida atau alumunium klorida, benzena dapat
bereaksi dengan klorin ataupun bromin membentuk senyawa halobenzena pada suhu
kamar. Persamaan reaksi nya adalah sebagai berikut :
- Nitrasi Benzena
Campuran
asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat dengan volume sama dikenal sebagai
campuran nitrasi. Jika campuran ini ditambahkan ke dalam benzena, akan terjadi
reaksi eksotermal. Jika suhu dikendalikan pada 55°C maka hasil reaksi utama
adalah nitrobenzena, suatu cairan berwarna kuning pucat. Reaksinya secara umum:
- Alkilasi Benzena
Penambahan
katalis AlCl3 anhidrat dalam reaksi benzena dan haloalkana atau asam
klorida akan terjadi reaksi sangat eksotermis. Jenis reaksi ini dinamakan
reaksi Friedel-crafts. Contoh persamaan reaksi:
- Sulfonasi
Sulfonasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh gugus sulfonat. Reaksi ini terjadi apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat sebagai pereaksi.
Kegunaan Senyawa Benzena dan
Turunannya
Kegunaan
benzena yang terpenting adalah sebagai pelarut dan sebagai bahan baku pembuatan
senyawa-senyawa aromatik lainnya yang merupakan senyawa turunan benzena.
Masing-masing dari senyawa turunan benzena tersebut memiliki kegunaan yang
beragam bagi kehidupan manusia. Berikut ini beberapa senyawa turunan Benzena
dan kegunaannya:
- Toluena
Toluena digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan dasar untuk membuat TNT (trinitotoluena), senyawa yang digunakan sebagai bahan peledak (dinamit).
- Stirena
Stirena digunakan sebagai bahan dasar pembuatan polimer sintetik polistirena melalui proses polimerisasi. Polistirena banyak digunakan untuk membuat insolator listrik, boneka, sol sepatu serta piring dan cangkir.
- Anilina
Anilina merupakan bahan dasar untuk pembuatan zat-zat warna diazo. Anilina dapat diubah menjadi garam diazonium dengan bantuan asam nitrit dan asam klorida.
Garam
diazonium selanjutnya diubah menjadi berbagai macam zat warna. Salah satu
contohnya adalah Red No.2 yang memiliki struktur sebagai berikut:
- Benzaldehida
Benzaldehida digunakan sebagai zat pengawet serta bahan baku pembuatan parfum karena memiliki bau yang khas. Benzaldehida dapat berkondensasi dengan asetaldehida (etanal), untuk menghasilkan sinamaldehida (minyak kayu manis)
- Fenol
Dalam kehidupan sehari-hari fenol dikenal sebagai karbol atau lisol yang berfungsi sebagai zat disenfektan.
d.hibridisasi
nitrogen dan oksigen
Konfigurasi elektron keadaan dasar dari N
adalah [He] 2s22p3. tiga dari lima elektron valensi yang digunakan
untuk membentuk tiga Ikatan tunggal N―H, meninggalkan satu pasangan elektron
bebas. Struktur piramidal trigonal, berasal dari tetrahedral susunan pasangan
elektron . N atom
memiliki empat
valensi orbital
atom: 2s,
2px, 2py dan 2pz. Skema sp3 hibridisasi memberikan tetrahedral pengaturan orbital hibrida, sesuai
untuk menampung
empat pasang elektron:
Atom nitrogen, oksigen dan klor dalam
struktur organik juga dapat membentuk hibridisasi sp3. Nitrogen
memiliki lima elektron valensi di lapisan kedua. Setelah hibridisasi, akan
memiliki tiga setengah penuh orbital sp3 dan dapat membentuk tigaikatan.
Oksigen memiliki enam elektron valensi. Setelah hibridisasi, akan memiliki dua
setengah penuh orbital sp3 dan akan membentuk dua ikatan. Klor
memiliki tujuh elektron valensi. Setelah hibridisasi, akan memiliki satu
setengah penuh orbital sp3 dan akan membentuk satu ikatan.
Keempat orbital sp3 untuk
ketiga atom membentuk susunan tetrahedral dengan satu atau lebih orbital yang
ditempati oleh pasangan electron tunggal. Mengingat atom saja, nitrogen
membentuk bentuk piramida dimana sudut ikatan yang sedikit kurang dari 109.5o
(c. 107o) (Gambar. 1.9.a). Ini kompresi dari sudut ikatan karena
orbital yang mengandung pasangan electron tunggal, yang menuntut jumlah ruang yang
sedikit lebih besar daripada sebuah ikatan. Oksigen membentuk bentuk miring
atau bengkok dimana dua pasang elektron tunggal memampatkan sudut ikatan dari
109.5o untuk c. 104o
Alkohol, amina, alkil halida, dan
eter semuanya mengandung ikatan sigma yang melibatkan nitrogen, oksigen, atau
klorin. Ikatan antara atom-atom karbon dibentuk oleh tumpang tindih setengah
penuh orbital hibridisasi sp3 dari setiap atom. Ikatan yang
melibatkan atom hidrogen (misalnya O-H dan N-H) dibentuk oleh tumpang tindih
dari setengan penuh orbital 1s dari hidrogen dan setengah penuh orbital sp3
dari oksigen atau nitrogen.
Teori yang sama tepat dapat digunakan untuk menjelaskan ikatan dalam suatu
golongan
nitril (C=N) dimana kedua karbon dan nitrogen adalah hibridisasi sp. Diagram tingkat energi pada elektron menunjukkan bagaimana elektron valensi nitrogen diatur
setelah hibridisasi sp. Sepasang elektron tunggal
menempati salah satu orbital sp, tetapi
orbital sp lainnya dapat digunakan untuk ikatan σ kuat.
Orbital 2py dan 2pz dapat digunakan untuk dua ikatan π. Gambar. 1.18 merupakan ikatan σ HCN digambarkan
sebagai garis dan bagaimana
orbital 2p yang tersisa digunakan untuk membentuk dua
ikatan π.
Gambar. 1.17. Hibridisasi SP dari nitrogen
Gambar. 1.18. Ikatan π pada HCN
Elektron pada ground-state atom oksigen memiliki konfigurasi:1s2 2s2 2px2 2py1 2pz1, dan oksigen merupakan atom divalen. Dengan
melihat konfigurasi elektronnya, dapat diprediksi bahwa oksigen mampu
membentuk dua ikatan sigma karena pada kulit terluarnya terdapat dua
elektron tak berpasangan (2py dan 2pz). Air adalah contoh senyawa yang
mengandung oksigen sp3.
sudut ikatan yang terbentuk sebesar 104.5 derajat diperkirakan bahwa
orbital dengan pasangan elektron bebas menekan sudut ikatan
H-O-H, sehingga sudut yang terbentuk lebih kecil dari sudut ideal
(109.5derajat ), seperti halnya pasangan elektron bebas dalam ammonia
menekan sudut ikatan H-N-H.
Hibridisasi Nitrogen
Hibridisasi Oksigen beserta diagram molekulnya
Hibridisasi Nitrogen
Hibridisasi Oksigen beserta diagram molekulnya
contoh subtituen yang ada pada benzena
contoh ikatan pada benzena
izin berkomentar untuk benzena yang bentuk orto, meta, dan para belum ada penjelasannya tentang kaidah substituennya dan gambar pada benzena kurang adanya penjelasan dengan ikatan yang ada pada benzena.
BalasHapusoke terimakasih
BalasHapusUntuk memahami tatanama turunan perlu diperhatikan ketentuan yang berlaku untuk yang memiliki satu substituen (benzena monosubstitusi), dua substituen (benzena disubstitusi), dan lebih dari dua substituen (benzena polisubstitusi). Untuk benzena monosubstitusi, beberapa nama umum (toluena, anilina, fenol, dan lain-lain) masih dipertahankan, sedangkan untuk benzena disubstitusi digunakan awalan-awalan orto- (o-), meta- (m-), dan para- (p-) jika posisi kedua substituen berturut-turut1,2-1,3,-1,4. Khusus untuk benzena polisubstitusi, posisi masing-masing substituen ditunjukkan dengan nomor atom C yang mengikatnya, sedangkan dalam penulisannya mengikuti urutan abjad huruf pertama nama substituennya.
sedangkan untuk ikatan yang terjadi pada benzena ada ikatan phi dan ikatan sigma
terimakasih
Assalamualaikum.wr.wb
BalasHapusSaya wahyu hidayani
Setelah saya membaca blog anda diatas? Sanya ingin bertanya.
Jelaskan Berdasarkan jenis orbital, jenis-jenis transisi elektronik
1) Transisi σ → σ*
2) Transisi π → π*
3) Transisi n → π*
4) Transisi n → σ*
Assalamualaikum.wr.wb
BalasHapusSaya wahyu hidayani
Setelah saya membaca blog anda diatas? Sanya ingin bertanya.
Jelaskan Berdasarkan jenis orbital, jenis-jenis transisi elektronik
1) Transisi σ → σ*
2) Transisi π → π*
3) Transisi n → π*
4) Transisi n → σ*
saya ingin menambahkan sedikit tentang materi anda, Kontradiksi antara pengamatan eksperimen dan ramalan berdasarkan model atom, menunjukkan bahwa model orbital atom masih jauh dari sempurna untuk menjelaskan ikatan kimia. Oleh sebab itu, penyusunan elektron dalam orbital setiap bilangan kuantum utama perlu ditata kembali. Penyusunan kembali orbital dalam sebuah atom, untuk membentuk seperangkat orbital yang ekivalen dalam molekul disebut hibridisasi.
BalasHapusSelanjutnya, Hibridisasi adalah proses pembentukan orbital-orbital hibrida dengan tingkat energi yang sama (orbital-orbital degenerat) dari orbital-orbital asli yang jenis dan tingkat energinya berbeda.
Pada teori hibridisasi ini dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia umumnya tidak akurat.
Terimah kasih.
assalamualaikum soni , menarik postingannya, saya hanya ingin menambahkan sedikit mengenai ikatan rangkap terkonjugasi bahwa Ada dua cara pokok untuk menempatkan ikatan rangkap dalam senyawa organic.dua ikatan rangkap yang bersumber pada atom berdampingan disebut ikatan rangkap terkonjugasi.
BalasHapusIkatan rangkap yang menggabungkan atom yang tak berdampingan disebut ikatan rangkap terisolasi(terpencil) atau tak terkonjugasi.
Ikatan rangkap terisolasi berkelakuan mandiri,masing-masing ikatan rangkap mengalami reaksi seakan-akan yang lain tak ada.ikatan rangkap terkonjugasi,sebaliknya,tak saling mandiri yang satu terhadap yang lain,ada antraksi elektronik yang terdapat antaranya.pilihlah sistem terkonjugasi yang paling sederhana,CH2=CH-CH=CH2 yang disebut 1,3 butadiena.
Sejumlah istilah digunakan untuk digunakan antraksi ikatan pi ini dalam sistem terkonjugasi.dapat dikatakan bahwa ada tumpang tindih sebagian dari orbital p antara karbon pusat.dapat juaga dikatakan bahwa ikatan antara 2 dan 3 dalam 1,3 butadiena mempunyai ikatan rangkap sebagian.suatu cara lain untuk menggambarkan sistem adalah mengatakan bahwa electron pi terdelokalisasi,yang berarti bahwa rapat electron pi terdistribusi lewat daerah yang agak beasr dalam molekul.
wahyu hidayani ini jawabannya σ* dan π* merupakan orbital yang kosong (tanpa elektron), orbital ini akan terisi elektron ketika telah atau bila terjadi eksitasi elektron atau perpindahan elektron atau promosi elektron dari orbital ikatan.
BalasHapusEnergi yang diperlukan untuk menyebabkan terjadinya transisi berbeda antara transisi satu dengan transisi yang lain. Transisi σ ke σ* memerlukan energi paling besar, sedangkan energi terkecil diperlukan untuk transisi dari n ke π.
Untuk memberikan gambaran dan memudahkan pemahaman tentang jenis transisi beserta perbandingan energi yang diperlukan dapat dilihat pada gambar berikut:
transisi elektronik
Pada gambar di atas transisi dari σ ke π* sebenarnya tidak ada. Transisi demikian dapat pula terjadi tapi sangat kecil sehingga tidak dapat diamati pada spektrum atau spektra. Karena bertolak belakang dengan kaidah seleksi.
Pada setiap jenis transisi elektronik yang terjadi, terdapat karakter dan melibatkan energi yang berbeda. Suatu kromofor dengan pasangan elektron bebas (n) dapat menjalani transisi dari orbital non-ikatan (n) ke orbital anti-ikatan, baik pada obital sigma bintang (α*) maupun phi bintang(π*). Sedangkan, kromofor dengan elektron ikatan rangap (menghuni orbital phi) akan menjalani transisi dari orbital π ke orbital π*. Demikian seterusnya untuk jenis transisi yang lain.
Dalam penentuan struktur molekul, tansisi σ → σ* tidak begitu penting karena puncak absorbsi berada pada daerah ultraviolet vakum yang berarti tidak terukur oleh peralatan atau instrumen pada umumnya.
Walaupun transisi π→π* pada ikatan ganda terisolasi mempunyai puncak absorbsi di daerah UV vakum tetapi transisi π→π* tergantung pada konjugasi ikatan ganda dengan suatu gugus fungsi substituen. Akibatnya transisi π→π* pada ikatan ganda terkonjugasi mempunyai puncak absorbsi pada daerah ultraviolet dekat, dengan panjang gelombang lebih besar dari 200 nm. Dengan demikian transisi yang penting dalam penentuan struktur molekul adalah transisi π→π* serta beberapa transisi n→π* dan n→σ*.
Anaslisis menggunakan spektrofotometer UV, senyawa-senyawa dengan kromofor yang sama, misalnya sama-sama ada ikatan rangkap atau ada elektron bebas, maka akan memberikan spektrum yang sama atau hampir sama walaupun strkturnya molekulnya berbeda. Contoh dapat di lihat pada Gambar berikut.
Pola pita absorpsi UV untuk dua senyawa dengan kromofor yang sama
Pola pita absorpsi UV untuk dua senyawa dengan kromofor yang sama
atau kunjungin https://wanibesak.wordpress.com/2011/07/07/spektrofotometri-uv-ultraviolet/