1. Struktur Elektron dalam Atom
Teori atom berdasarkan mekanika
kuantum dirumuskan oleh WernerHeisenberg dan Erwin Schrodinger. Selain itu,
sumbangan pemikiran terhadap
teori ini diberikan juga oleh Paul Dirac, Max Born, dan Pauli. Keunggulan teori atom mekanika
kuantum dapat menjelaskan materi berskala mikro seperti elektron
dalam atom sehingga penyusunan (keberadaan) elektron dalam atom dapat
digambarkan melalui penulisan konfigurasi elektron dan diagram orbital Kegagalan teori atom Bohr dalam
menerangkan spektra atom hidrogen
dalam medan magnet dan
medan listrik, mendorong Erwin Schrodinger mengembangkan teori atom yang didasarkan pada prinsip- prinsip mekanika kuantum. Teori atom
mekanika kuantum mirip denganyang diajukan oleh model atom Bohr, yaitu atom
memiliki inti bermuatan positif
dikelilingi oleh elektron-elektron bermuatan negatif. Perbedaannya terletak pada posisi elektron dalam
mengelilingi inti atom.
Menurut teori atom mekanika kuantum, posisi elektron dalam
mengelilingi inti atom tidak dapat diketahui secara pasti sesuai prinsip
ketidakpastian Heisenberg. Oleh karena itu, kebolehjadian (peluang) terbesar
ditemukannya elektron berada pada orbit atom tersebut. Dengan kata lain,
orbital adalah
daerah kebolehjadian terbesar
ditemukannya elektron dalam atom. Menurut model atom mekanika kuantum,
gerakan elektron dalam mengelilingi
inti atom memiliki sifat dualisme sebagaimana diajukan oleh de Broglie. Oleh karena gerakan
elektron dalam mengelilingi inti memiliki sifat seperti gelombang maka
persamaan gerak elektron dalam mengelilingi inti harus terkait dengan fungsi
gelombang. Dengan kata lain, energi gerak (kinetik) elektron harus
diungkapkan dalam bentuk persamaan fungsi gelombang. Persamaan yang menyatakan gerakan
elektron dalam mengelilingi inti atom dihubungkan dengan sifat dualisme materi
yang diungkapkan dalam bentuk
koordinat Cartesius. Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Schrodinger.
Dari
persamaan Schrodinger ini dihasilkan tiga bilangan kuantum,yaitu bilangan
kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut(l)), dan bilangan kuantum magnetik(m). Ketiga
bilangan kuantum ini merupakan bilangan bulat sederhana yang menunjukkan peluang
adanya elektron disekeliling inti atom. Penyelesaian persamaan Schrodinger
menghasilkantiga bilangan kuantum. Orbital diturunkan dari persamaan
Schrodingersehingga terdapat hubungan antara orbital dan ketiga bilangan
kuantum tersebut.
a.Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) memiliki nilai n = 1, 2, 3,
..., n. Bilangan kuantum ini menyatakan tingkat energi utama elektron
dan sebagai ukuran kebolehjadian
ditemukannya elektron dari inti atom. Jadi, bilangan kuantumutama serupa dengan
tingkat-tingkat energi elektron atau orbit menurut teori atom Bohr. Bilangan kuantum
utama merupakan fungsi jarak yang dihitung dari inti atom (sebagai
titik nol). Jadi, semakin besar nilai n,semakin jauh jaraknya dari inti.Oleh
karena peluang menemukan elektron dinyatakan dengan orbital. maka dapat
dikatakan bahwa orbital berada dalam tingkat-tingkat energisesuai dengan
bilangan kuantum utama (n). Pada
setiap tingkat energi terdapat satu atau lebih bentuk orbital.
Semua bentuk orbital ini membentuk kulit(shell). Kulit adalah kumpulan bentuk
orbital dalam bilangan kuantumutama yang sama. Kulit-kulit ini diberi lambang mulai
dari K, L, M, N, ..., dan seterusnya. Hubungan bilangan kuantum utama
dengan lambang kulit sebagai berikut.
Jumlah
orbital dalam setiap kulit sama dengan n2, n adalah bilangan kuantum utama.
b.Bilangan Kuantum Azimut (l)
Bilangan kuantum azimut disebut juga bilangan kuantum
momentum sudut, dilambangkan
dengan l. Bilangan
kuantum azimut menentukan bentuk orbital. Nilai bilangan kuantum azimut adalah l = n–1. Oleh
karena nilai n merupakan
bilangan bulat dan terkecil sama dengan satu maka harga l juga
merupakan deret bilangan bulat 0, 1, 2, ..., (n–1). Jadi, untuk n=1hanya ada
satu harga bilangan kuantum azimut, yaitu 0. Berarti, pada kulit K (n=1) hanya terdapat satu
bentuk orbital. Untuk n=2 ada dua harga bilangan kuantum azimut, yaitu
0 dan 1. Artinya, pada kulit L (n=2) terdapat dua bentuk orbital, yaitu orbital yang
memiliki nilai
l=0 dan orbital yang memiliki nilai l=1. Pada pembahasan sebelumnya,
dinyatakan bahwa bentuk-bentuk orbital yang memiliki bilangan kuantum utama sama
membentuk kulit. Bentuk
orbital dengan bilangan kuantum azimut sama dinamakan subkulit. Jadi, bilangan kuantum azimut dapat
juga menunjukkan jumlah subkulit dalam setiap kulit. Masing-masing
subkulit diberi lambang dengan s, p, d,f, ..., dan seterusnya. Hubungan
subkulit dengan lambangnya
c.Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Bilangan kuantum magnetik disebut juga bilangan
kuantum orientasi sebab
bilangan kuantum ini menunjukkan orientasi (arah orbital) dalam ruang atau orientasi subkulit dalam kulit.
Nilai bilangan kuantum magnetik berupa deret bilangan bulat dari –m melalui
nol sampai +m. Untuk l=1, nilai m=0, ±l. Jadi, nilai bilangan
kuantum magnetik untuk l=1 adalah –l melalui 0 sampai +l.
Contoh:
Untuk l=1, nilai
bilangan kuantum magnetik, m=0, ± 1, atau m= –1, 0, +1. Untuk =2, nilai
bilangan kuantum magnetik adalah m= 0, ± 1, ± 2, atau m= –2, –1, 0,
+1, +2. Subkulit-s (
l=0) memiliki harga m=0, artinya
subkulit-s hanya memiliki
satu buah orbital. Oleh karena m=0, orbital-s tidak memiliki orientasi dalam ruang sehingga
bentuk orbital-s dikukuhkan berupa bola yang simetris. Subkulit-p (l=1) memiliki nilai m= –1, 0, +1.
Artinya, subkulit-p
memiliki
tiga buah orientasi dalam ruang (3 orbital), yaitu orientasi pada sumbu-x dinamakan orbital px,
orientasi pada sumbu-y dinamakan orbital py,dan orientasi pada sumbu-z
dinamakan orbital pz.Subkulit-d (l=2) memiliki harga m= –2, –1, 0, +1,
+2. Artinya, subkulit-d
memiliki lima buah orientasi dalam ruang (5 orbital), yaitu pada bidang-xy dinamakan orbital dxy , pada bidang-xz dinamakan orbital
dxz, pada bidang-yz
dinamakan orbital d
yz, pada
sumbu x2–y2dinamakan orbital−22dxy, dan orientasi pada sumbu z2dinamakan orbital 2dz.
d.Bilangan Kuantum Spin (s)
Di samping bilangan kuantum n,l, dan m, masih terdapat satu bilangan kuantum lain. Bilangan
kuantum ini dinamakan bilangan kuantum spin, dilambangkan dengan s. Bilangan kuantum ini ditemukan dari hasil pengamatan radiasi uap
perak yang dilewatkan melalui medan magnet,oleh Otto Stern dan W. Gerlach.Pada medan magnet, berkas
cahaya dari uap atom perak teruraimenjadi dua berkas. Satu berkas membelok ke
kutub utara magnet dan
satu berkas
lagi ke kutub selatan magnet.Berdasarkan pengamatan tersebut,
disimpulkan bahwa atom-atom perak memiliki sifat magnet.Pengamatan
terhadap atom-atom unsur lain, seperti atom Li, Na,Cu, dan Au selalu
menghasilkan gejala yang serupa. Atom-atom tersebut
memiliki
jumlah elektron ganjil. Munculnya sifat magnet dari berkas uap atom disebabkan oleh spin atau
putaran elektron pada porosnya. Berdasarkan percobaan Stern-Gerlach, dapat disimpulkan
bahwa ada dua macam
spin elektron yang berlawanan arah dan saling meniadakan.Pada atom yang jumlah
elektronnya ganjil, terdapat sebuah elektron yang spinnya tidak ada yang meniadakan.
Akibatnya, atom tersebut memiliki medan magnet.
Spin
elektron dinyatakan dengan bilangan kuantum spin. Bilangan kuantum ini memiliki dua harga yang
berlawanan tanda, yaitu +1,+2,0dan–1, -2. Tanda (+) menunjukkan putaran
searah jarum jam dan tanda (–)arah sebaliknya
Sumber:Chemistry The Central Science, 2000 dalam http://pustakalibrary.com/filemateri/struktur-atom-kls-xi.pdf
2. Jari-jari atom
dan kelektronegatifan
a. Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit
terluar. Unsur-unsur yang segolongan, jari-jari atom makin ke bawah makin besar sebab jumlah kulit yang dimiliki
atom makin banyak, sehingga kulit terluar makin jauh dari inti atom. Unsur-unsur
yang seperiode, jari-jari atom makin kekanan makin kecil. Unsur-unsur yang
seperiode memiliki jumlah kulit yang sama. Akan tetapi, tidaklah berarti mereka
memiliki jari-jari atom yang sama pula. Semakin ke kanan letak unsur, proton
dan elektron yang dimiliki makin banyak, sehingga tarik-menarik inti dengan
elektron makin kuat. Akibatnya, elektron-elektron terluar tertarik lebih dekat
ke arah inti.
b.Elektronegativitas (Keelektronegatifan)
Keelektronegatifan suatu unsur adalah kemampuan relatif atomnya untuk menarik
elektron ke dekatnya dalam suatu ikatan kimia.
Salah satu cara
untuk menyusun keelektronegatifan yaitu yang berkaitan dengan penggunaan energi
ikatan. Energi ikatan ialah energi yang diperlukan untuk memutuskan satu ikatan
menjadi atom netral. Diketahui energi ikatan H2 431
kJ per mol ikatan atau 7,16 x 10-22 kJ per ikatan. Oleh karena pada
pembentukkan ikatan, masing-masing atom
hidrogen
menyumbang satu elektron, maka dapat dianggap bahwa setiap atom menyumbangkan
setengah dari energi ikatan yaitu 3,58 x 10-22 kJ. Demikian pula pada pembentukkan
Cl2 (energi
ikatan 239 kJ mol-1)
setiap atom menyumbang 1,99 x 10-22 kJ. Andaikata pada pembentukkan HCl, H dalam
HCl mirip dengan H dalam H2 dan
Cl dalam HCl mirip dengan Cl dalam Cl2, maka jumlah
sumbangan H dan Cl dalam pembentukkan HCl adalah 5,57 x 10-22 kJ per
ikatan. hasil eksperimen menunjukkan bahwa energi ikatan HCl sama dengan 427 kJ
mol-1 atau
7,09 x 10-22 kJ
per ikatan. Jadi energi ikatan yang diamati lebih besar dari energi ikatan
hasil perhitungan. Dengan demikian ikatan dalam HCl lebih stabil karena
memperoleh energi pengstabilan tambahan.
Besarnya energi ini bergantung dari kemampuan tarikan elektron relatif dari
atom terikat. Makin besar selisih muatan antara kedua ujung molekul makin besar
energi
pengstabilan
tambahan atau energi resonansi ionik. Energi pengstabilan
tambahan (dinyatakan dengan ), dianggap sebagai akibat sifat ionik parsial
dari molekul karena terdapat selisih dalam keelektronegatifan unsur.
Linus Pauling
menetapkan keelektronegatifan fluor dengan 4 dan beberapa harga
keelektronegatifan unsur dapat dilihat pada tabel.
Keelelektronegatifan
unsur golongan utama menurut skala Pauling
H 2,1
|
||||||
Li 1.0
|
Be 1.5
|
B 2.0
|
C 2.5
|
N 3.0
|
O
3.5
|
F 4.0
|
Na 0.9
|
Mg 1.2
|
Al 1.5
|
Si 1.8
|
P 2.1
|
S 2.5
|
Cl 3.0
|
K 0.8
|
Ca 1.0
|
-
|
Ge 1.7
|
As 2.0
|
Sc 2.4
|
Br 2.8
|
Rb 0.8
|
Sr 1.0
|
-
|
Sn 1.7
|
Sb 1.8
|
Te 2.1
|
I 2.4
|
Cs 0.7
|
Ba 0.9
|
1. Panjang Ikatan dan Sudut Ikatan
a. Panjang ikatan
Dalam molekul, atom-atom selalu bergetar, sehingga jarak antara dua
atom tidak tetap. Untuk hal ini ditetapkan jarak rata-rata antara inti dua atom
terikat dan disebut panjang ikatan atau jarak ikatan. Panjang ikatan dapat
ditentukan dengan cara difraksi sinar-x atau spektroskopi molekul.
Tabel 2.4. Panjang ikatan dan energi
ikatan beberapa macam ikatan dan senyawa.
Ikatan
|
Panjang Ikatan (nm)
|
Energi Ikatan (kJ mol-1)
|
Ikatan
|
Panjang Ikatan (nm)
|
Energi Ikatan (kJ
mol-1)
|
CC
|
0,154
|
348
|
BrBr
|
0,228
|
193
|
C=C
|
0,134
|
610
|
I I
|
0,267
|
151
|
CC
|
0,120
|
840
|
HF
|
0,092
|
562
|
NN
|
0,147
|
159
|
HCl
|
0,127
|
431
|
NN
|
0,110
|
945
|
HBr
|
0,141
|
366
|
FF
|
0,142
|
158
|
HI
|
0,161
|
299
|
ClCl
|
0,199
|
242
|
Dari tabel di atas dapat
dilihat bahwa:
a.
Pada
umumnya ikatan yang kuat lebih pendek dari ikatan lemah.
b.
Kekuatan
ikatan rangkap tidak dua kali kekuatan ikatan
tunggal
c.
Panjang
ikatan rangkap tidak setengah dari panjang ikatan tunggal, namun lebih pendek
b. Sudut ikatan
Sudut ikatan atau sudut yang dibuat oleh dua atom dengan
suatu atom sentral, adalah salah satu faktor penting dalam penentuan struktur
molekul. Misalnya sudut HOH dalam H2O adalah 104o31’
dan sudut HNH dalam NH3 adalah 107o.
Beberapa pendekatan untuk menerangkan sudut-sudut ikatan ini :
1.Metode
valensi terarah
Metode ini bertitik tolak dari konsep
valensi terarah dari ikatan yang menggunakan orbital-orbital p. Orbital-orbital
ini saling membuat sudut 90o satu dengan yang lain. Dalam
pembentukkan H2O, dua orbital -1s dari hidrogen bertindihan dengan orbital - dan
orbital -2px dari oksigen. Berdasarkan ini maka sudut HOH seharusnya 90o.
Untuk menerangkan sudut 104o yang ditemukan secara
eksperimen, dipostulatkan bahwa terjadi penolakan antara kedua atom H yang
mempunyai kelebihan muatan positif.
2.Teori
tolakan pasangan elektron
Menurut teori ini semua elektron yang berada dalam kulit
valensi akan mengambil kedudukan dengan jarak pemisahan yang sebesar mungkin.
Pada molekul-molekul H2O, NH3 dan CH4 terdapat
empat pasangan elektron dalam kulit valensi dari atom pusat. Pemisahan yang
maksimal akan terjadi apabila keempat pasangan elektron itu mengambil kedudukan
pada sudut-sudut tetrahedron. Untuk dapat menerangkan sudut ikatan yang lebih
kecil pada H2O (104o) dan pada NH3 (107o). Dipostulatkan
bahwa efek tolakan dari pasangan elektron bebas (yang tidak terlibat dalam
ikatan) lebih besar daripada efek tolakan dari pasangan elektron ikatan. Pada H2O
terdapat dua pasangan elektron bebas, pada NH3 satu pasangan dan
pada CH4 tidak ada, pasangan
elektron bebas.
3.Konsep hibridisasi
Bentuk dari orbital-orbital sp3 yang telah dibahas pada
pasal 2.8. langsung menerangkan bentuk tetrahedral dari CH4.
Bila diandaikan bahwa hibridisasi sp3 juga terjadi pada H2O
dan NH3, maka pada H2O akan terdapat dua orbital
yang masing-masing mengandung sepasang elektron bebas, sedangkan pada NH3 ada
satu orbital dengan sepasang elektron bebas. Dengan konsep ini dapat
diterangkan pula sudut ikatan sebesar 120o pada BCl3.
Seperti halnya panjang ikatan sudut ikatan tidak mempunyai harga yang tetap,
karena atom-atom itu terus bergetar. Demikian pula, sudut ikatan ditentukan
dengan pengukuran difraksi sinar-x dan spektroskopi molekul.
4.
Konsep asam
dan basa dalam kimia organik
a.Asam Organik
Asam organik dicirikan oleh adanya atom hidrogen yang terpolarisasi positif.
Terdapat dua macam asam organik, yang pertama adanya atom hidrogen yang terikat dengan atom oksigen, seperti pada
metil alkohol dan asam asetat. Kedua, adanya atom hidrogen yang
terikat pada atom karbon di mana atom karbon tersebut berikatan langsung dengan
gugus karbonil (C=O), seperti pada aseton.
Metil alkohol mengandung ikatan O-H dan karenanya bersifat asam
lemah, asam asetat juga memiliki
ikatan O-H yang bersifat asam lebih kuat. Asam asetat bersifat asam yang lebih kuat dari metil alkohol karena basa konjugat yang terbentuk dapat distabilkan melalui resonansi, sedangkan basa konjugat dari metil alkohol
hanya distabilkan oleh keelektronegativitasan dari atom oksigen.
Keasaman aseton
diperlihatkan dengan basa
konjugat yang terbentuk
distabilkan dengan
resonansi. Dan lagi, datu
dari bentuk
resonannya menyetabilkan muatan negatif dengan memindahkan muatan
tersebut pada atom oksigen.
Senyawa yang
disebut dengan asam karboksilat, memiliki gugus
–COOH, terdapat sangat banyak di dalam organisme hidup dan terlibat dalam jalur-jalur reaksi
metabolik. Asam asetat, asam piruvat, dan asam sitrat adalah contohnya. Perlu dicatat bahwa pH fisiologis adalah sekitar 7.3, sehingga asam karboksilat sebagian besar
terdapat sebagai anionnya, yaitu anion karboksilat, -COO-.
b.basa organik
Basa organik dicirikan dengan
adanya atom dengan pasangan elektron
bebas yang dapat mengikat proton. Senyawa-senyawa yang
mengandung atom nitrogen adalah salah
satu contoh basa organik, tetapi senyawa yang
mengandung oksigen dapat pula bertindak
sebagai basa ketika direaksikan dengan asam
yang cukup kuat. Perlu dicatat bahwa senyawa
yang mengandung atom oksigen dapat
bertindak sebagai asam maupun basa, tergantung
lingkungannya. Misalnya aseton dan metil
alkohol dapat bertindak sebagai asam ketika menyumbangkan
proton, tetapi sebagai basa ketika
atom oksigennya menerima proton.
Sumber : STEFANUS LAYLI PRASOJO, S.,Farm., Apt.
dengan bukunya Kimia organik 1
terimakasih postingannya,saya ingin bertanya apa sifat partikel yang dimiliki elektron ?
BalasHapussaya ingin tahu sifat partikel yang mana yang dimiliki elektron ? terimakasih sebelumnya
BalasHapussaya ingin bertanya,Menurut teori atom mekanika kuantum, posisi elektron dalam mengelilingi inti atom tidak dapat diketahui secara pasti sesuai prinsip ketidakpastian Heisenberg.Tolong jelaskan mengapa teori atom mekanika kuantum,tidak dapat diketahui secara pasti menurut heisenberg? terima kasih
BalasHapusRSA1C115013_ViniGentari terima kasih atas komentarnya sifat partikel yang dimiliki elektron berupa sebuhah titik masssa yang bergerak tidak tentu arah sesuai dengan asas ketidakpastian heisenberg.
BalasHapusnita sari terima kasih atas komentarnya karena menurut heisenberg elektron suatu atom itu bergerak dengan tidak pasti arahnya sehingga baru bisa dimunculkan konsep keboleh jadian...
BalasHapusselamat sore soni afriansyah. Terimakasih atas postingannya. saya ingin menambahkan materi mengenai sudut ikatan. Bila atom saling terikat membentuk molekul , energy dilepaskan (biasanya sebagai kalor atau cahaya). Jadu untuk molekul agar terdiosiasi menjadi atom-atomnya, harus diberikan energy. Ada dua cara agar ikatan dapat terdiosisasi. Satu cara adalah karena pemaksapisahan heterolitik (Heterolytic Cleavage)( yunani hetero, “berbeda”) dimana kedua elektron ikatan dipertahankan pada satu atom. Hasil dari pembelahan heterolik adalah sepasang ion. Proses lain yang memungkinkan suatu ikatan terdisosiasi adalah pemaksa pisahan homolitik(Yunani, homo, “sama”).
BalasHapusDalam hal ini setiap atom yang turut dalam ikatan kovalen menerima satu elektron dari pasangan yang saling dibagi yang asli. Yang dihasilkan adalah atom yang secara listrik netral atau gugus atom. Pemaksapisahan homolitik menghasilkan atom atau gugus atom yang mempunyai elektron yang berpasangan. Atom seperti H+ atau gugus atom seperti H3C yang mengandung elektron tak berpasangan disebut radikal bebas. Radikal bebas biasanya netral secara listrik karena itu tak ada tarikan elektrostatik antara radikal bebas seperti ion. Energy disosiasi ikatan memungkinkan ahli kimia untuk menghitung kesetabilan relative dari senyawa dan meramaikan (sampai tariff tertentu) sebab-sebab reaksi kimia. Misalnya suatu reaksi yang akan dibahas kemudian dalam teks ini adalah khlorinasi metana CH4 :
CH4 + Cl2 ® CH3Cl + HCl
sumber: (Fessenden & Fessenden.2005:17-20)
Terimakasih:)